Kamis, 27 Februari 2014

AKHIRNYA VISA MVV DI TANGANKU!

   Udah resmi nikah sama suami tetap aja gak serta merta aku bisa terbang lagi ke Belanda untuk tinggal sama suami. Kudu ngatur segala tetek bengek prosedur birokrasi yang sangat - sangat menguras tenaga dan njelimetnya masa ampun deh.. Sampai sering sakit en kena insomnia segala. Untungnya gak lama2.. Ya lama juga sich..9 bulan dari pernikahan resmi hukum di Indo. Tapi seneng en leganya paling enggak kami udah resmi suami istri selama masa tegang ngurus2 MVV. Rasanya beda aja kalau belum menikah terus ada problem, sama setelah menikah ada problem. Kalau sudah menikah karena sudah 1 daging kali ya menurut istilah Alkitab, jadinya lebih saling mengerti dan sabar dan juga kontak batinnya lebih kuat. Tahu kalau yg satu lagi stres tanpa harus bilang.
   

   Ada sich yang pilih jalur ajukan visa MVV sebagai partner (alias belum menikah) kemudian di tengah2 prosedur baru menikah, entah menikah di Belanda atau di Indo. Sebenarnya sich semua sama saja. Tinggal keputusan orangnya gimana. Kalau kami memutuskan untuk menikah dulu baru ngajukan MVV, agar kemungkinan disetujui lebih besar, karena yang kami baca, kalau sudah menikah akan lebih dipercaya tujuan tinggal di Belandanya bukan mau cari kerja. Tapi emang ingin kumpul sama pasangan.
   

   Makanya dulu sempat pas liburan di Belanda, kami tiba2 rencanain mau nikah hukum (catatan sipilnya) saja di Belanda. Dengan resiko yang gak enak, keluarga intiku enggak bisa mendampingi. Abisnya mendadakan. Tapi pikir kami saat itu kelihatan praktis. Biar proses pengajuan MVV bisa dipercepat. Karena katanya kalau menikah di Belanda, proses pengajuan MVVnya lebih cepat/ lebih dipermudah. Entar pesta di Indo bisa belakangan. Tapi ternyata, karena kita mendadakan, pihak Gemeente Huisnya ( kantor catatan sipil)  bilang enggak bisa menikah di Belanda dalam waktu secepat itu. Kenapa? Karena ternyata pihak Vremdelingenpolitie / IND (dari imigrasi Belanda) akan menyelidiki terlebih dahulu status kita sebagai WNI di Indonesia. Nah kalau oleh pihak IND sudah dinyatakan steril dari aksi kriminal, sah untuk menikah (bukan masih resmi suami/ istri orang ) baru pihak Gemeente akan memproses permohonan menikah di Belanda. Nah.. proses Pihak Imigrasi itu sendiri bisa makan +/ 3 bulan. Belum dari Gemeentehuisnya. Makanya akhirnya pihak Gemeente sarankan kami menikah di Indo saja. So, akhirnya kami hapus rencana untuk menikah hukum di Belanda dari list kami.
   

   Kemudian kami putuskan untuk pulang ke Indonesia bersama2 setelah liburan 3 bulanku berakhir dan langsung menikah sipil di Indonesia. Kami pilih Bali karena lebih simpel birokrasinya untuk menikah campur warga negara. Dibantu pak Ketut Kenik yang aku kenal kebetulan waktu urus visa Schengen karena dia orang dari konsulat Belanda di Bali (tapi jasa ini murni usaha Pak Ketut Kenik tanpa embel2 konsulat Belanda), akhirnya kami menikah di Kantor Catatan Sipil Denpasar pada tanggal 7 Januari 2012. Sebenarnya relatif gampang, karena proses pengurusan 85% aku lakukan sendiri via email dengan Pak Ketut (karena posisiku masih liburan di Belanda)  dan aku bukan pemilik KTP Bali melainkan KTP Surabaya. Tapi toch semua lancar, bahkan Pak Ketut membantu membuatkan foto berdampingan dengan jasa photoshop karena aku sama Rick gak punya foto studio resmi berdua, en di Belanda enggak segampang itu nyari studio foto yang buka pas weekend (Pak Ketut mintanya tiba2 sich). Biayanya juga gak mahal. Waktu itu tahun 2012, untuk catatan sipil 1,5 juta, ijin konsulat Belanda 400 ribu, dan biaya legalisasi surat2 pernikahan (penerjemahan & legalisir ) sekitar 3 juta. Dan kami enggak usah repot. Maklumlah aku sudah harus pusing mikirin pesta di Bali dan Surabaya. Belum ngorganisir keluarga suami yang mau datang ke Indo untuk pesta kami. En juga persiapan ujian Basis Inburgering di Kedutaan Besar Jkt. Jadi kalau suruh pusing2 ngurusin surat2, enggak lah yaw.. Dan menurut tunanganku juga duit segitu masih masuk akal. Total kan sekitar Rp 4,5 juta untuk urusan surat2 di Indonesia. Berarti hanya sekitar 350 Euro kan sekitar tahun 2012. Yach emang duit juga sich, tapi kan ya udah nabung lah en resiko nikah sama orang beda warga negara, kata tunanganku.
   

   Oh ya, karena akte kelahiran menurut hukum Belanda adalah minimal berlaku 6 bulan, so terpaksa mamaku harus wira/i ke catatan sipil Sby untuk minta akte kutipan terbaru. Ini yg ribet. Pihak catatan sipil mau tahu alasannya apa, en karena aku gak bisa datang sendiri ( lha iyalah posisiku masih di Belanda) harus buat surat pernyataanlah. Dll. Capek deh. Bayar juga 500 ribuan deh kira2 abisnya. Sudah gitu, masih salah pula. Pas jadi, ternyata diketik lahirku 1885. Padahal harusnya 1985. Masa iya tunanganku mau nikah ama Nenek - nenek super keriput. En waktu mamaku kembali ( mamaku salahnya enggak benar2 ngecek pas terima dokumennya, di rumah baru sadar. Yach soalnya capek dia jadi aku maklum), mereka pihak catatan sipil bilang suruh tunggu minimal 2/ 3 minggu lagi. Lha yg salah siapa, yg jadi korban siapa? Ngamuklah aku. Aku suruh mamaku untuk nekan mereka. Akting marah, minta hubungi kepala kantornya. Masa stafnya ngetik akte kelahiran salah besar gitu main tanda tangan aja. Ngantuk apa gimana? Gak profesional. Akhirnya beneran manjur. Akting mamaku terbukti cukup ampuh, dan mereka bersedia revisi hanya dalam waktu 2 hari. Capek deh. Selain akte kelahiran edisi terbaru, kita juga butuh surat pernyataan dari catatan sipil bahwa kita belum pernah menikah ( atau sudah resmi cerai), dan itu enggak boleh cuma tulisan status GADIS/ PERAWAN. Di dalam hukum Belanda, istilah itu enggak berlaku. Harus simple tapi jelas. Belum menikah atau CERAI Janda/ Duda. Gitu deh! Dan juga surat dari Gereja, yang menyatakan bahwa mereka sudah memberkati pernikahan kami. Suratnya harus ditandatangani nama Pendeta (istilah dalam Saksi Yehuwa sesuai alkitab itu Penatua) yang akan memberi khotbah.
   

   Setelah catatan sipil selesai, akte punyaku dibawa sama Pak Ketut ( kan suamiku dapet 1, aku dapet 1). Tujuannya untuk segera dikirim ke penerjemah tersumpah di Jakarta dan dilegalisir di Kedutaan Belanda. Ini makan juga sekitar 1 - 2 bulan. Karena penerjemahnya kebanjiran order katanya. Duh ampun.. Nah sementara nunggu suratnya selesai, aku yang sudah ditinggal suamiku balik ke Belanda seminggu sejak pernikahan kami catatan sipil ( 16 Januari 2012 dia balik) cepat - cepat konsen sama urusan cari hotel en merancang liburan yang manis untuk semua keluarga suamiku (kedua ortu dan semua saudara kandung suamiku beserta suami mereka datang, kecuali satu yang baru saja punya baby lagi). Plus pesta kami diadakan dua kali, satu di Bali (private party + nasihat Alkitab) yang kedua di Sby untuk keluarga besar Papa - Mama. En beberapa teman2 dekat keluarga. Pesta tanggal 14 Maret di Bali dan 17 Maret di Surabaya. Sedangkan suamiku datang lagi bersama keluarga besarnya tanggal 13 Maret. So aku bener2 repot.     

   

   Belum juga sekalian mulai persiapan ujian Inburgering. Aku lakukan 85% otodidak. Belajar pakai buku - paket Naar Nederland yang suamiku belikan via bol.com waktu aku liburan ke Belanda en website ini :https://sites.google.com/site/exercisesinburgering/inburgering-buitenland/zinnen-herhalen Sisanya aku ambil kursus bahasa belanda kilat en privat di Babel Nederlands les di Denpasar jl. Waturenggong. Aku diajar sama Pak Made yg jago banget bahasa Belandanya dan punya rumus gramatika Bahasa Belanda yg gampang diingat dan dimengerti. Tapi aku cuma sempat 8 kali pertemuan (pauze ama les dari tanggal 12 Maret - 5 April 2012 karena suamiku dan kelgnya dateng buat acara pesta en kami berdua Honeymoon trip ke Timor Barat, Flores dan Timor Leste) , nah enggak lama setelah suamiku pulang lagi ke Belanda sama kelg besarnya itulah  aku langsung daftar ujian. En 24 april 2012 aku dinyatakan lulus ujian dasar Inburgering Examen di Kedubes Belanda Jkt, dengan hasil yang sangat memuaskan. (Niveau B1).  Waktu dibilangi sama petugasnya aku lulus dengan hasil yang cukup memuaskan, en jarang ada yg dapet nilai setinggi aku, aku cuma melongo saking groginya, en bilang dengan kaku TERIMA KASIH. Dia langsung protes. "Lho koq gak senyum atau lompat? Kamu aneh deh.. yg lulus pas2an aja senengnya bukan main. Kamu malah cuma : Hah? Terima Kasih " Hihi.. dia gak tahu kali ya kalau aku nervous setengah mati saat itu. Karena aku sendirian berangkat ke Jkt satu hari sebelum ujian, nginap di hotel yg gak jauh dari Kedubes, en sudah 1 minggu sebelumnya di kamar apartemenku di Bali sibuk latihan dari komputer, gak keluar2 selain buat ibadah. Makan pesen via telp or penjaga apartemen, terus skype ama suami dibatasi.. Sering skype tapi buat latihan. En kalau salah suami koreksi. Atau skype ON tapi aku baca en sibuk latihan, suami juga sibuk kerjain yg lain. Diem2an. Gitu deh pas seminggu itu sebelum berangkat ke JKT untuk ujian. Sebenarnya suami yg ngasih support aku untuk segera daftar ujian di Kedubes. Aku sich merasa belum siap waktu itu. Takut gagal. Kan kalau gagal bayar lagi 350 euro.. hadeh.. rugi lah.. Tapi suami PD banget bilang kalau menurut dia, aku sudah siap. Karena dia lihat gimana aku saat aku latihan. Jadinya suami daftar, bayar, lalu dapet kode untuk buat janji dengan Kedubes. Aku telp kedubes,  kirain bisa milih bulan depannya, eh.. disuruh milih 2 bulan lagi atau 1 minggu lagi. Cuma itu jadwal yg masih kosong (maklum, setiap hari, Kedubes hanya mau terima 2 siswa en kalau khusus, maksimal 3 siswa en itu ganti2an). Mulainya juga jam 3 sore, karena nunggu kantor Belandanya buka di Belanda mengingat hasil ujian dikirim dan diperiksa langsung via online oleh pihak di Belanda (jam 9 pagi Belanda kan jam 3 sore Indo). Suami nyuruh cepetan. Udah pilih aja yg minggu depan. Akhirnya nekat. Untung semua berlangsung lancar. Capek sich bolak - balik Kedubes Jkt. Urus ujian, terus ambil visum MVV, semua langsung di Kedubes. Gak boleh di Konsulat. Soal hasil ujian, aku baru bisa lega dan ketawa riang pas perjalanan ke Bandara Soetta, aku telp suami yg seneng banget en dengar semua koleganya juga pada ikut ngucapin selamat. Sampai di Bali lagi aku langsung scan hasil ujianku ke suami, biar bisa segera proses MVVnya. 

   Tapi lagi2 ada masalah yaitu pasporku bakal habis masa berlaku bulan Jan 2013. Resiko sich. Disarankan oleh kedubes untuk buat paspor baru. Meski memang saat itu pasporku masih belum kurang dari 6 bulan, namun dengan pengecualian karena hendak megajukan permohonan MVV, aku diperbolehkan pihak Imigrasi Bali untuk urus paspor baru. Lagi2 masalah di KTP tertulis aku pegawai swasta. Padahal aku sudah stop kerja sejak September 2011. Otomatis imigrasi minta aku untuk kasih surat keterangan dari perusahaan, coba apa pentingnya? Kan aku mau tinggal di NL, ya tentu aja udah gak ada sangkut pautnya sama pekerjaan di Indo. Atau, aku harus bawa surat keterangan dari Pak Lurah Sby penerbit KTPku, bahwa aku benar2 sedang tidak bekerja/ sudah tidak bekerja lagi.  Duilleh... Ribet ya sistem birokrasi Indo yang belum online satu sama lain. Terus dipermasalahkan lagi statusku yg masih belum menikah di KK dan KTP. Otomatis aku harus ganti KTP dan KK. Terpaksa.. Grrr... aku harus ke Sby. Urus KK dan KTP baru yg bilang aku sudah menikah. Adoh.. Saat itu aku bener2 udah enek lihat koper, bandara, dan pesawat. Bolak - balik kayak setrikaan.  Jkt - Sby - Bali. Untungnya karena Bali kecil, maka pengurusan paspor meski tanpa calo bisa dibilang sangat cepat. Coba kalau di Sby, yang antri buanyak banget. Karena dari seluruh kota kecil di JATIM yg mau jadi TKW/ umroh/ pada ke Kantor Imigrasi Surabaya. Dan mempercepat sekali bahwa aku sudah melakukan pendaftaran via online yg gratis tapi butuh kesabaran en cuma bisa via Internet Explorer. Gak bisa via Google Crome / Firefox/ Opera.  Jadi pas datang ke kantor Imigrasi langsung dilayani di loket khusus. 

   Setelah semua dokumenku lengkap, suami juga ngelengkapi dokumennya : keterangan punya tempat tinggal sendiri, slip gaji gak boleh kurang dari 1500an Euro bruto excl uang liburan, kontrak kerja tetap dari perusahaan, pendaftaran pernikahan kami di Indo maupun Belanda barulah kami kirim permohonan MVV kami via IND Denbosch. Tapi lamaa banget gak ada kabar. Kami kirim pas sehari setelah Koninginnedag. Jadi 1 Mei 2012. Setiap minggu suami check via telp bahkan 2 kali dia datang langsung ke kantor. Ternyata, ketahuan kalau banyak staff IND di Den Bosch yang ambil cuti sejak Koningingedag en sampai Agustus. Keselnya kami, ada pasangan lain yg lebih dulu dapet MVV padahal ngajukannya 2 minggu setelah kami (lihat di forum buitenlandpartner.nl) Kata pihak IND ya itu untung2an dossier kami ditangani siapa. Kalau sama staff yg libur ya harus nunggu. Waduuh.. Gak bener. Akhirnya setelah 3 bulan lebih suami mulai ajukan komplaint resmi. Nah kalau ini gak ada yang gubris, katanya IND bisa2 harus membayar denda kepada kami. Makanya kami dapet balasan untuk sabar. Tapi aku udah gak sabar. Ya iyalah.. aku capek komunikasi setiap hari via Skype. Kan perbedaan waktu. Karena suami kerja, aku enggak lagi, ya aku yg ngalah. Waktu tidurku aku ubah ikutin waktu tidur suami. Kami itu selama pisah, laptop enggak pernah mati. Suami bangun, langsung bangunin aku. Buat sarapan, bahas ayat harian bersama, berdoa bersama terus berangkat kerja. Sampai di kantor telp aku sebentar. Kasih tahu udah sampai kantor. Jam pauze chatting lagi. Terus pulang kantor jam 5 sore, dia langsung skype sama aku sambil masak en gitu terus sampai waktu tidur. Otomatis kan capek kan? Gak bisa kemana2.. Rasanya sayang jalan2 sama kelg/ teman tapi gak bisa lihat2an cinta kita via Skype. Untung aja ada simcard yg murah bisa telp ke nomer Indo. Akhirnya suami bela2in beli HP 2 nomer. Satu yg dia udah pake lama, en satu yg murah telp ke nomer Indo. Tapi tetep.. gak nyaman gini terus.. Kuping panas, pantat panas, pinggang sakit. Kepala sakit karena jam tidur ancur lebur. Kebanyakan duduk buat skype atau telp. So, aku paksa suami ambil jalan ekstrem. Hehe.. Aku ingat suami pernah cerita punya kenalan pengacara terkenal di Belanda. Nah aku minta dia untuk hubungi kenalannya itu dan minta tolong dia untuk checkkan ke IND. Tapi karena sudah keburu lama, dari 5 April 2012 kami pisah jarak, suami putuskan datang lagi ke Indonesia 19 Agustus 2012. Eh bener.. setelah si pengacara bersedia membantu dengan menelp IND, IND langsung telp kami minta maaf (suami posisi ada di Indo di sebelahku). Katanya karena masalah staff cuti dan dossier yang menumpuk, dossier kami terabaikan. Stuck di satu orang. Tapi sekarang sudah dichek dan dimasukkan ke kategori SPOED ditangani (cepat- darurat). En 2 hari setelah itu langsung diapprove. Hallo?? Secepat itu. Memang koq, wong dari kami gak ada masalah, dokumen lengkap, suami juga sudah tinggal sendiri sejak tahun 2006, gaji suami lebih besar dari minimal gaji syarat MVV, status pekerjaan sudah mapan dari 12 tahun kerja di perusahaan ini. Status kriminal bersih, baik aku dan suami. Pajak juga ok. Selalu bayar en gak pernah telat. So benar2 ngawur koq ternyata! Mbok ya dari kemaren2 keq kasih kabar baiknya. Aku ingat berita positif via telp dari IND itu kami dapat pas kami sedang ngaso di Zangrandi TP dekat Gramedia - eh apa Gunung Agung ya? Lupa. Terus pas keluar dari Zangrandi, aku langsung diangkat en digendong suami karena dia benar2 senang. Alhasil berpasang2 mata orang yang ada di sana pada ngeliatin. Ada yg sirik ada yg senyum ikutan senang. Tapi biarin aja, we deserve it. Sampai rumah ortuku meski kenyang, karena happy aku bisa makan lagi kentang balado faveku. Hahaha :P Akhirnya sisa liburan suami di Indo jadi lebih menyenangkan, karena berita bahagia sudah terkantongi.

 Besoknya suami segera bayar 1250 Euro ke IND, setelah itu , seminggu setelahnya baru bisa aku jemput visaku di Kedubes. Leganya kami berdua. Keluarga besar juga ikutan senang, mereka semua pada kasihan sama kami. Pengantin baru koq dipisahkan urusan birokrasi. Hahaha.. 2 minggu setelah ambil visum, aku berangkat ke Belanda. Keluargaku udah gak mau nahan2 aku lagi, karena kan aku sudah istri orang. Sudah kewajibanku lah secepatnya berada di dekat suami untuk mendampinginya. Itu agak lama 2 minggu karena yg pertama cari tiket yang termurah, en juga pak2 koper. En buang barang2 yg gak bisa disimpan lagi. Pilah2 mana yg harus dibawa juga ribet. Rasa2nya semua mau dibawa. Untungnya pas pertama liburan ke Belanda, aku sudah bawa separuh barang2ku. Terus setiap suami pulang ke Belanda abis liburan di Indo, pasti juga bawa barang2ku. Bahkan Pa - Ma mertua juga dititipin barang2ku. Kalau ipar2ku kopernya sudah penuh sendiri sama belanjaan serta souvenir yang mereka beli di Belanda. Jadinya enggak terlalu banyak koq barang pribadi yg aku tinggalkan di Indonesia. Oh ya, aku datang ke Belandanya gak bilang2 kelg mertua. Berangkat dari Indo tanggal 18 September 2012 dan tiba di Belanda 19 September 2012. Rumah dihias slinger tulisan : WELKOM THUIS yang dibuat kakak iparku khusus untuk aku kalau pulang. 


Hanya suami yg jemput di Bandara. Terus malemnya kami kejutkan Ma - Pa mertua dengan tiba2 datang. Mama mertua langsung nyambut aku dengan pelukan erat. Dan kami cerita2.. Oh ya, anehnya, sejak malam pertama aku tiba di Belanda ( kali ini sebagai suami - istri dan tidur satu ranjang gak kayak dulu aku tidur sendiri di rumah suami en suami ngungsi ke rumah pa - ma nya) insomniaku hilang lho.. Sampai detik ini. Ajaib ya.. Kecuali karena hamil kadang2 aku gak bisa tidur nyaman. Kebangun2.. Oh ya next story aku ceritain ttg kehamilanku ini.   


nb : kalau mau tanya2 tentang menikah di Bali : lebih gampang bagi pasangan campur utk menikah di Bali. Katanya sich. Dan karena aku kebetulan sempat tinggal di Bali aku pilih menikah di Bali juga karena Bali tempat special kami, pertama kali bertemu juga di Bali dan keluarga sama - sama senang kalau pesta di Bali. Kalian bisa hubungi pak Ketut Kenik via email : ketutkenik@hotmail.com 

2 komentar:

  1. Hi mba menarik sekali blognya,, ak ada beberapa pertanyaan yg sekrg posisi ku masih proses pengurusan MVV, tpi saat ak email ke IND menanyakan soal apakah akte kelahiran dan buku nikah ku perlu di legalisir lagi ato tidak, karena masa berlaku sudah lewat 1 taon,,, tpi mereka bilang gpp ga usah di legalisir lgi,, jadi ga kami legalisir ulang,, jdi bagaimna ya mba,, ak jadi worry bgt... :-(

    BalasHapus
  2. Setahuku kalau suamimu yang Warga Negara Belanda sudah punya bukti pendaftaran di Gemeente huis : GBA (Inschrijving in GBA gemeente) memang IND enggak terlalu meribetkan.. karena untuk daftar di Gemeente untuk dapet GBA kan sudah dicheck.. tapi yg aku ingat.. pas ambil MVV di kedubes setelah diapprove dan bayar, harus bawa akte kelahiran.. cuma aku gak tahu boleh gak tglnya kalau lebih dari 1 th.. aku kan legalisirnya jan/ feb 2012 (udah lupa) tapi ambil mvvnya di kedubes bulan september 2012 (kebetulan masih belum lewat 1 th). Coba kamu telp ke kedubes belanda di JKt..

    BalasHapus